Wisata Budaya Kutai Kartanegara
Koleksi Museum Negeri Mulawarman
Terletak
di Kota Tenggarong lebih kurang 45 km dari Kota Samarinda, dan 110 km
dari kota Balikpapan. Museum ini diresmikan tanggal 25 Nopember 1971
oleh Gubernur Kalimantan Timur (H.A Wahab Syahranie), dan diserahkan
kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 18 Februari
1976. Terdapat koleksi tua gamelan, Setinggi (Singgasana), Meriam Sapu
Jagat serta koleksi dari Sultan Butungan, Sultan Pasir, Sultan
Sambaliung dan Sultan Gunung Tabur. Makam Raja Kutai terletak di samping
museum.
Untuk menuju Kesana dari Kota Samarinda
anda dapat menggunakan sepeda motor maupun mobil. Akses jalan dapat
melewati jalur darat dengan melewati loa janan dengan biaya Rp. 50.000
dan menyebrangi sungai untuk motor Rp. 3000, mobil Rp. 25.000.
Kerajaan Kutai Kartanegara
Dalam
Perjalanan Sejarahnya Kerajaan Kutai Berada Dalam Pemerintahan dua
Dinasti yang satu dengan yang lainnya secara prinsip berbeda latar
belakang sejarahnya. Generasi Pertama yang merupakan awal pendirian
Kerajaan Kutai Martadipura dan Generasi Kedua adalah Kerajaan Kutai
Kartanegara. Kutai Martadipura merupakan cikal bakal kerajaan Kutai yang
dikenal Sekarang ini. Dalam prasasti tidak di sebutkan siapa pendiri
kerajaan ini hanya disebutkan mulai Raja Kudungga. Pusat kerajaan ini
berada berada di sekitar daerah Muara Kaman Hulu sekarang ini. Masa
pemerintahan Generasi Pertama ini dihitung dari data yang tertua adalah
sekitar dua belas abad yaitu dari abad IV sampai abad XVII.
Untuk menuju Kesana dari Kota Samarinda
anda dapat menggunakan sepeda motor maupun mobil. Akses jalan dapat
melewati jalur darat dengan melewati loa janan dengan biaya Rp. 50.000
dan menyebrangi sungai untuk motor Rp. 3000, mobil Rp. 25.000.
Desa Jantur
Desa
Jantur terletak sekitar 88 mil dari Tenggarong. Desa ini merupakan
perkampungan nelayan yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat suku
Banjar. Keunikan dari perkampungan ini adalah adanya sebagian
rumah-rumah yang dibangun diatas rakit dan terapung di sungai. Di desa
ini dapat kita saksikan kehidupan sehari-hari masyarakat desa Jantur,
seperti pembuatan ikan asin secara tradisional oleh ibu-ibu rumah
tangga.
Pondok Labu
Pondok
Labu merupakan sebuah perkampungan suku Dayak Benuaq yang terletak
sekitar 25 km dari kota Tenggarong. Di desa ni dapat dijumpai lamin (rumah
adat) suku Dayak Benuaq yang dinding-dindingnya terbuat dari kulit
kayu. Hampir setiap tahun di desa ini dilaksanakan upacara adat suku
Dayak Benuaq seperti Ngugu Tahun. Untuk mencapai perkampungan Pondok
Labu ditempuh dengan melalui jalan Tenggarong-Kota Bangun kemudian
berbelok ke kanan menggunakan jalan yang dibuat oleh perusahaan batubara
PT. Multi Harapan Utama. Angkutan umum menuju Pondok Labu beroperasi
setiap hari di terminal angkutan desa Pasar Tangga Arung.
Desa Brubus
Daerah
Muara Kaman merupakan bekas pusat pemerintahan Kerajaan Kutai
Martadipura yang terkenal dengan rajanya Mulawarman. Di Desa Brubus
yang terletak sekitar 48 mil dari kota Tenggarong, masih dapat dijumpai
sisa-sisa peninggalan kerajaan Hindu tertua di Indonesia tersebut
seperti batu kepala babi, lesong batu, kubu-kubu kuno, dan lain-lain.
Wisata Budaya Kutai Barat
Situs Sendawar
Situs
Sendawa diyakini sebagai bekas kerjaan Sendawar dengan raja Tulur Aji
Jangkat. Situs ini merupakan kawasan wisata sejarh, terletak di Kampung
Karang Rejo, Kecamatan Barong Tongkok, sekitar 7Km Pusat Kota Sendawar.
Barong TongkokDi Desa Eheng, Kecamatan Barong Tongkok, Kutai Barat, terdapat sebuah Lamin suku Dayak Tunjung. Disini dapat disaksikan kehidupan sehari-hari masyarakat suku Dayak tersebut, khususnya dalam pembuatan hasil kerajinan dari rotan seperti Anjat (tas keranjang), Lampit (tikar rotan), dan lain-lain.
Datah Bilang
Di
Desa Datah Bilang bermukim dua suku Dayak Kenyah, yakni Umaq Jalan dan
Umaq Bakung. Di desa yang terletak sekitar 196 mil dari Tenggarong ini
dapat ditemui dua buah Lamin dari dua anak suku tersebut serta adat
istiadat setempat.
Rukun Damai
Seperti
halnya Desa Datah Bilang, di Desa Rukun Damai terdapat pemukiman
masyarakat suku Dayak Kenyah. Di desa ini terdapat Lamin yang dihuni
oleh beberapa keluarga suku Dayak Kenyah. Rukun Damai terletak sekitar
251 mil dari Tenggarong.
Long Bagun
Di
desa Long Bagun juga terdapat sebuah Lamin, namun Lamin disini berbeda
dengan yang ada di Datah Bilang atau Rukun Damai. Lamin di desa Long
Bagun adalah Lamin suku Dayak Penihing, disini dapat dilihat kehidupan
masyarakat dan adat istiadat setempat. Desa ini terletak sekitar 251 mil
dari Tenggarong.
Long Pahangai
Di
Kecamatan Long Pahangai, sekitar 297 mil dari Tenggarong, terdapat
jeram-jeram yang deras dan ganas. Sangat mengasyikkan bagi wisatawan
atau pecinta alam yang menggemari kegiatan arung jeram. Disini akan
diuji keberanian dan keterampilan dalam menaklukkan jeram yang ganas
tersebut.
Long Segar dan Long Nuran
Kedua
desa ini bertetangga dan termasuk dalam Kecamatan Muara Wahau. Terletak
di tepi Sungai Wahau, untuk mengunjunginya dapat dicapai dengan kapal
sungai dari Samarinda ke long Noran atau Long Segar. Mayoritas penduduk
desa ini berasal dari suku Apo Kayan. Desa ini kaya akan daya tarik seni
budaya dan kerajinan seperti Mandau, patung dan lain-lain. Di desa ini
sudah tersedia fasilitas akomodasi berupa lamin (rumah tradisional suku Dayak) untuk para wisatawan.
Luuq Geleo Baru
Luuq
(lamin) Geleo Baru merupakan lamin cikal bakal perkampungan Galeo.
Hingga sekarang, lamin ini masih berdiri dengan kokohnya yang digunakan
oleh masyarakat Dayak Tunjung untuk melakukan aktifitas seni atau bahkan
untuk pertemuan-pertemuan umum lainnya.
Lou Benunq
Lou
ini terletak di kampung Benuq, Kecamatan Damai masih dihuni oleh 25 kk.
Di sekitar lamin ini terdapat Lungun atau Tempelaaq berupa peti mati
tempat kumpulan tulang-tulang leluhur mererka yang sudah meninggal
puluhan tahun yang lalu melalui upacara adat Kwangkay.
Lou Tolatn
Lou
Tolatn terletak di Kampung Lambing, Kecamatan Muara Lawa. Lamin ini
merupakan lamin tertua di Kecamatan Muara Lawa. Lou Tolatn masih relatif
alami dengan lingkungan yang masih rindang. Disekitar lamin terdapat
komplek kuburan tua dan danau sebagai persediaan air untuk penghuni
lamin kala itu.
Lou Mancong
Lou
Mancong (Lamin Mancong) merupakan rumah oanajang atau lamin adat yang
sangat terkenal di Kampung Mancong, Kecamatan Jempang. Lamin ini
memiliki dua lantai yang digunakan sebagai perkumpulan masyarakat suku
Benuaq di Kampung Mancong untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan
membuat kerajinan tangan dan tenun doyo (ulap doyo). Tenun ikat
Ulap Doyo merupakan tenun adat dan kerajinan tradisional khas suku
Dayak Benuaq Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Ulap Doyo digunakan
untuk pakaian upacara adat dan tari-tarian. Ulap Doyo ini mempunyai
ciri khas yang berbeda dengan tenun iakt lainnya di Indonesia. Ciri khas
tersebut terletak pada motif, sistem ikat tenun dan bahan baku berupa
benag dari daun Doyo (Curcoliga Latifalia Lend)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar